oleh : Eem Sulaemah Mathar
Isrotul Nurjannah
Isrotul Nurjannah
Afif Rofiudin Al-cholis
Dialek 'Amiyah Modern (2)
PENDAHULUAN
Bahasa
merupakan alat komunikasi antara satu bangsa dengan bangsa lain. Bangsa arab
merupakan bangsa yang sangat fanatisme terhadap bahasanya, sehingga dengan
penuh keyakinan mereka mengatakan bahwa al-Qur’an di turunkan dengan
menggunakan bahasa arab, karena pada hakekatnya,Nabi Muhammad SAW di lahirkan
di bangsa arab.
Kecintaan
orang Arab akan bahasanya ini, membuat bahasa Arab begitu cepat berkembang.
Namun banyak faktor lainnya yang mempengaruhi bahasa Arab berkembang sedemikian
cepat, yang terpenting di antaranya adalah datangnya Islam.
Lughah
Amiyah adalah bahasa yang digunakan dalam urusan tidak resmi
dan dalam percakapan umum sehari – hari .Istilah Amiyah (pasaran) ini
sebenarnya diambil dari beberapa nama menurut sebagian pakar Bahasa Arab
kontemporer, seperti Dârij, Lahjah’arabiyyah Al-Amiyah, Al-Amiyah,
Al-Arbiyyah Al-Amiyah, Kalam Darij dan nama-nama lainya.
PEMBAHASAN
Pembahasan ini merupakan
sambungan dari pembahasan mengenai perkembangan bahasa 'amiyah modern pada
pembahasan yang lalu, bahwa perkembangan bahasa Arab 'amiyah modern dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya:
1.
Bahasa Arab
tersebar di beberapa negara yang tidak
berbahasa Arab
2.
Faktor sosial
politik
3.
Faktor
biologis
4.
Letak bunyi
dalam kalimat, maka pembahasan ini dimulai dari :
5.
Mentransfer
kata-kata baru dari bahasa asing ke dalam beberapa logat 'Amiyah yang memiliki
kesamaan dengannya. Adapun yang di transfer ke dalam bahasa Irak kebanyakan
dari kata-kata Turki, Persia dan Kurdi. Ke dalam Dialek Syam kebanyakan dari
Kata-kata Turki dan Perancis. Dan ke dalam Dialek Mesir kebanyakan dari kata-kata
Turki, Yunani, Perancis, dan Italia.
6.
Masuknya kaidah-kaidah
baru ke dalam sebagian Dialek 'Amiyah (اللهجات
العامية) karena adanya kebutuhan
dalam berbicara atau dari adanya persamaan dengan bahasa yang lain.
Seperti yang telah di transfer ke dalam bahasa Mesir dan Irak dengan Metode nasab
atau penurunan (طريقة النسب)
bahasa Turki (dengan menambahkan Jim (ج)dan
Ya' (ي)) pada sebagian kata,
khususnya kata yang menunjukan pada pengalihan seperti (عربجى , طرشجى,
جزمجى). Dan dengan metode Idhofah[1]
(penambahan) pada sebagian kalimat dengan
mandahulukan Mudhof ilahi dari pada Mudhof seperti (كتبخانة,
أنتيكخانة). Dan dengan mentransfer
ke dalam susunan beberapa dialek yang di ambil dari metode Idhofah (penambahan)
dengan menengahi kata seperti kata Bata'un (بتاع)
merupakan simpangan (alihan) dari kata Mata'un
(متاع). Dalam bahasa Tunis dan Al-Jazair seperti kata Inta'un
yang juga penyimpangan dari kata Mata'un (متاع).Adapun
dalam bahasa Suria dan Libanon, Kata Taba'un. Seperti pada kalimat : Al-kitabu Taba'aa_. Di Nejad, Majazi dan Sudan, Kata haq (حق
) digunakan untuk laki-laki dan kata haqqoh (حقة) untuk perempuan dengan cara menukarkan huruf Qof
(ق) dengan huruf jim (ج).
Maka diucapkan seperti dalam kalimat : الكراسة حجتىى dan الكتاب حجى
yakni asal dari kalimat كتابى و كراستى .
Di Irak, kata مال digunakan
untuk laki-laki sedangkan kata مالة
digunakan untuk perempuan. Maka diucapkan seperti kalimat:
الكتاب مالى dan.
الكراسة مالتى Pada masa yang baru, masuk juga ke dalam
susunan dialek-dialek ini bahwa fi'il mudhori' itu dipakai untuk menunjukan
pekerjaan yang bersifat kontinuitas. Maka sebagian dari fi'il itu di isyaratkan
dengan huruf ba' (ب)
pada awal fi'il, seperti بَيكْتُبُ pada sebagian
dialek Mesir, dan dengan huruf kaf (ك)
seperti كيكْتُبُ
pada dialek Maroko. Atau dengan kata راه
seperti kata راه يكتب pada dialek Maroko. Kebiasaan ini juga
dipakai di Mesir tetapi digunakan untuk menunjukan masa yang akan datang dengan
menukarkan huruh hā (ه)
nya dengan huruf ha (ح),
maka diucapkan seperti kata راح يكتب .
Dan di antara kaidah-kaidah modern
yang juga merupakan bagian
penting atas sebagian dialek Arab di Mesir yaitu mengakhirkan Isim Isyaroh pada
beberapa tarkib seperti kalimat الولد ذا = هذا الولد. Dan mengIdhofatkan huruf sin
(س) untuk menunjukan peniadaan atau penguatan seperti dalam kata-kata ما يرضاش =ما يرضى, مش كويش= أو طيب ما هو كويش . Dan banyaknya menggunakan Tashgir[2] (التصغير) pada kata yang menunjukan sifat
tanpa adanya maksud untuk mentashgirkan. Hal ini terjadi pada sifat yang
menunjukan penyempitan atau Qillah[3] (القِلَّةِ). Seperi dalam kata-kata : صغير, أصير,رفيع,أليل,أريب sebagai ganti dari صغير قريب, قليل, رفيع, قصير . Perbedaan dialek-dialek tersebut muncul dikarenakan
kesepakatan berbagai hal, yaitu diantaranya :
1.
Mengosongkan
harakat pada kata-kata yang digunakan dalam bahasa fusha, sehingga seluruh kata
diakhirkan dengan sukun, meskipun pada kata-kata mu’rob.
2.
Mengganti cara
mudah dan dan gaya bahasa bebas dengan cara yang detail yang digunakan oleh
bahasa fusha dalam susunan kalimat beserta susunan unsur-unsurnya.
3.
Tidak menjaga
bagian dialek, melainkan bagian mufrodat yang diwariskan oleh leluhur bangsa
arab dan digunakan oleh banyak orang saja, seperti kalimat-kalimat yang sangat
diperlukan dalam percakapan sehari-hari.
Telah kita ketahui
gambaran umum dialek-dialek ‘amiyah di masa kini yang bercabang dari bahasa
arab fushha yang banyak peneliti mengungkapkan bahwa dialek-dialek tersebut
berbeda-beda, yang kemudian dijadikan satu kesatuan. Bahasa
Arab telah melalui sejarah formatif dan perkembangan yang panjang. Masyarakat
Arab pra Islam terdiri dari beberapa kabilah dan memiliki sejumlah ragam dialek
bahasa (al-lahaja:t al-Arabiyah al-qadi:mah) yang berbeda-beda akibat
perbedaan dan kondisi-kondisi khusus yang ada di masing-masing wilayah (Wafi,
1983:119). Berbagai dialek itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu al-Arabiyat al-bai:dah (bahasa Arab yang telah punah) dan al-Arabiyat
al-ba:qiyah (bahasa Arab yang masih lestari). Al-Arabiyat al-bai:dah mencakup
dialek-dialek bahasa Arab bagian utara Jazirah Arab dan sebagian dialek
selatan. Sedangkan al- Arabiyat al-ba:qiyah adalah dialek yang
dipergunakan dalam qashidah (bahasa puisi) jaman jahiliah atau
pra-Islam, bahasa yang dipergunakan di dalam Al-Qur'an, dan bahasa Arab yang
dikenal sampai hari ini (Ya'kub, 1982:118). Al-Arabiyat al-ba:idah dikenal
dengan sebutan Arabiyat al-nuqu:sy (bahasa Arab prasasti) karena ragam
bahasa ini tidak pernah sampai kepada kita kecuali melalui
prasasti-prasasti yang belakangan ditemukan secara luas, dari Damaskus
sampai wilayah Al-`Ula di bagian utara Hijaz. Beberapa dialek
yang tergolong al-Arabiyat al-ba:idah ini, misalnya, adalah dialek
al-tsamudiyah, al-shafawiyah, dan al-lihyaniyah (Ya'kub,
1982:118-119). Al-Arabiyat al-ba:qiyah adalah dialek yang selanjutnya
disebut dengan al-Arabiyah, bahasa Arab seperti yang dikenal dan
dipergunakan dalam pelbagai suasana formal hingga hari ini di berbagai
belahan negara Arab. Dialek ini merupakan gabungan dari berbagai dialek
yang berbeda, sebagian yang dominan berasal dari bagian utara jazirah Arab dan
sebagian yang lain dari daerah selatan. Ragam bahasa inilah yang
sekarang digunakan dalam berbagai tulisan berbahasa Arab, pidato-pidato,
siaran-siaran dan jurnalisme. Dialek ini sudah tersebar luas di seluruh
jazirah sejak masa pra-Islam dan menjadi lingua franca bagi masyarakat
multikabilah.
Dan juga telah kita
ketahui bahwa bahasa fushha muncul dengan dialek Quraisy disebabkan karena
faktor-faktor tertentu ( faktor : agama, sosial, ekonomi, bahasa, dll,
sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya) yang mengungguli
dialek lainnya. Kedudukan bahasa Quraisy ini semakin
kukuh sejak turunnya Al- Qur'an. Dialek ini terus berkembang seiring meningkatnya
intensitas interaksi masyarakat Arab dari berbagai kabilah melalui pasar-pasar
mereka yang sekaligus dijadikan pasar festival seni dan sastra. Pasar-pasar
jaman pra-Islam seluruhnya berjumlah delapan, dan yang sangat terkenal sebagai
ajang unjuk kebolehan para sastrawan dalam bidang puisi dan pidato adalah ukadz,
majannah, marbad, dzulmajaz dan khaibar (Ya'kub, 1982:120).
Pertemuan dan interaksi antar anggota berbagai kabilah melalui perjalanan,
perdagangan, dan festival seni dan sastra telah melahirkan sebuah lingua
franca, bahasa pergaulan bersama (al-lughat almusytarakah) yang
dijadikan medium komunikasi lintas kabilah. Berbagai karya sastra di
jaman ini menggunakan bahasa bersama itu sehingga memungkinkan
dilakukannya penilaian terhadap kualitas sastrawan dan karyanya.
Penilaian itu tentu akan sulit dilakukan jika masing-masing menggunakan bahasa
lokalnya. Ada sejumlah pandangan mengenai proses terbentuknya lingua franca antar
berbagai kabilah yang memiliki berbagai dialek lokal itu: Pertama, pandangan
bahwa di antara berbagai dialek kabilah itu, dialek Quraisy adalah yang
paling fasih, dominan dan dipahami oleh berbagai kabilah di seluruh
jazirah pada masa pra-Islam (Faris, 1963:52). Dialek Quraisy mengungguli
dialek-dialek lain dan menjadi bahasa sastra lintas kabilah. Karena itu
tidak mengherankan jika Al-Qur'an diturunkan menggunakan dialek Quraisy,
dan Muhammad Saw yang diutus sebagai rasul juga berasal dari kabilah ini
(Wafi, tt.:112). Kedua, pandangan bahwa dominasi dialek Quraisy
terhadap dialek-dialek lain hanya terjadi di jaman pra-Islam, tetapi tidak
demikian setelah datangnya Islam. Dominasi itu karena tempat tinggal kabilah
Quraisy, Mekkah, menjadi tempat pelaksanaan ibadah haji, kota dagang dan
pusat kesatuan politik yang otonom terhadap kekuatan-kekuatan lain.
Kekuasaan politik, ekonomi dan agama itu memperkokoh dialek Quraisy di
hadapan dialek-dialek lain (Husain, 1952:133-136). Ketiga, pandangan
yang tidak mengakui dialek Quraisy sebagai lingua franca atau bahasa
bersama bagi seluruh kabilah Arab. Menurut Al-Rajihi, ” pandangan yang
menyebutan bahwa dialek Quraisy adalah bahasa kesatuan resmi yang tidak tegak
karena pokok-pokok bahasa yang ilmiah lagi benar. Karena kita tidak mampu
menghukumi suatu bahasa dari perkataan-perkataan yang hanya bersifat pandangan
dari bahasa itu sendiri, terutama bahwa perkataan itu meski kita ambil dengan jumlah yang besar secara hati-hati dan
seksama. Karena seperti apa yang kita perkirakan bahasa itu tidak akan menyentral kecuali dalam rangka memuliakan suku nabi Muhammad
SAW". Asumsi ini
mengatakan bahwa dialek Quraisy adalah lingua franca bagi seluruh
kabilah Arab hanya untuk mengagungkan kabilah Muhammad Saw sebagai
rasul. Sebagai bukti, masyarakat Hijaz, dan suku Quraisy adalah salah
satunya, cenderung meringankan bacaan hamzah, sedangkan kabilah
lain membacanya dengan jelas. Sementara itu,
pembacaan hamzah secara jelas di dalam warisan puisi pra-Islam
maupun dalam qira:at (macam-macam cara membaca) Al-Qur'an lebih banyak
ditemui dibanding pembacaannya yang lemah atau ringan (Al- Rajihi,
1973:119-121).
Terlepas dari ketiga pandangan di atas, hasil
kajian-kajian kebahasaan ole para ahli bahasa menunjukkan bahwa;
1.
Di
Jazirah Arab terdapat bahasa yang sama dengan dialek-dialek yang
berbeda-beda dalam segi bunyi, kosakata,
nahwu dan lain-lain. Di samping itu, ditemui sebuah
bahasa bersama lintas kabilah yang digunakan dalam karya-karya para sastrawan dalam
kesenian mereka yang bersifat Qouliy (Ucapan). Dan mereka
menggunakan B. Arab ini di pasaran dan
di setiap pertemuan mereka. Yang mana mereka berkumpul dan bertemu antara satu
suku dengan suku yang lainnya.
2.
Bahwa islam
muncul pada saat bahasa ini terpilih menjadi bahasa kesatuan. Maka Al-Qur'an
datang dengan bahasa arab ini agar dapat difahami oleh suku-suku secara merata.
3.
Bahwa didalam
Al-Qur'an terdapat banyak dialek dari berbagai suku seperti : Huzail, Tamim,
Humair, Jazm, Aus, Khajraj. Bahkan, ada yang
mengatakan di dalam Al-Qur'an ditemukan lebih kurang lima puluh dialek.
4.
Bahwa dialek
Quraisy merupakan dialek yang terbanyak di dalam Al-Qur'anul karim. Dan ini
berdasarkan dengan dalil Ijma' para ahli bahasa. Nabi Muhammad SAW. Telah
bersabda kepada tiga orang suku Quraisy: "Apabila kalian berselisih antara
kalian dan Zaid bin Tsabit mengenai sesuatu tentang Al-Qur'an, maka tulislah
sesuatu itu dengan bahasa suku Quraisy, karena Al-Qur'an turun dengan bahasa
mereka".
Sejak kedatangan Islam, kedudukan bahasa bersama (lingua
franca/ Lughot Musytarikah) itu makin kokoh. Persepsi masyarakat mengenai
ragam bahasa Arab pun mulai mengalami pergeseran. Jika sebelumnya mereka
menganggap bahasa Arab Al-Qur'an dan bahasa lokal sebagai setara, berikutnya
penghargaan dan perhatian lebih ditujukan kepada bahasa bersama yang nota bene
digunakan Al-Qur'an. Sebagai bahasa agama, di samping keunggulan obyektif yang
dimiliki, bahasa Arab Al-Qur'an dianggap lebih pantas untuk digunakan. Sejak
saat itu, tampak antusiasme yang besar dari masyarakat untuk mendalami dan
mengkaji bahasa Al-Qur'an, bahasa bersama yang dinisbahkan kepada suku Quraisy
itu.
Contoh Kosakata Amiyah
(الـْمُـفـْرَدَات )
Investasi
|
إِسْـتِـثـْمَـارٌ
|
Pengesahan
|
إِبْـرَامٌ
|
Kebijaksanaan
|
إتـْزَانٌ / سِـيَـاسَـة / حِـكـْمَـة
|
Kecaman
|
إِحْـتِـجَـاجٌ / إِنـْتِـقـَادٌ
|
Bentrokan
|
إشـْتِـبَاك
|
Konfrontasi militer
|
الإشـْتِـبَاكُ الـْعَـسْـكـَرِيَّـة
|
Monopoli
|
اِحْـتِـكـَارٌ
|
Atheis
|
اِلـْحَـادِ يَـة
|
ASEAN
|
إتـِّحَادُ أمَـمِ شـَرْق آسِـيَا
|
Merehabilitasi
|
إِعَـادَة الإعْـتِـبَارِ
|
Terorism
|
إرْهَـابـِيَة
|
Pelecehan
|
إِزْدِ رَاءٌ / إِحْـتِـقـَارٌ
|
Membabi buta
|
اَشـْوَاعِـيٌّ
|
Saling menuduh
|
الإتـِّهـَامَاتُ الـْمُـتـَبَادِلـَة
|
Iklan terselubung
|
الإعْـلاَنُ الـْمُـسْتـَتِـر
|
Berita utama
|
أخـْبَارٌ رَئِـيْسِـيَة
|
Beton
|
الأسْـمِـنـْت الـْمُـسَـلـَّح
|
Import
|
إسْـتِـيْـرَاد
|
Asset perusahaan
|
اُصُـوْلُ الشـِّرْكـَة
|
Krisis kredebilitas
|
أَزْمَـة ُالـثـِّقـَة
|
Produksi
|
إنـْتـَاج
|
Gangguan teknis
|
إِزْعَـاجٌ فـَنـِّيٌّ
|
Bangkrut
|
إفـْلاَ َس
|
Bukti pengesahan
|
إثـْبَاتُ صِحَّة الـْوَصِيَة
|
Membebaskan
|
إخـْلاَءُ سَـبـِيْـل
|
Akreditasi
|
إعْـتِـمَـادٌ
|
Aksi militer
|
إجْـرَاءَات عَـسْـكـَرِيَة
|
Arah berlawanan
|
الإتـِّجَاهُ الـْمُـعَاكِـس
|
Interogasi
|
إِسْـتِـجْـوَابٌ
|
Administrasi bisnis
|
إدَارَة الـْعَـمَـل
|
Administrasi perusahaan
|
إدَارَة الـشـِّرْكـَة
|
Juru bayar
|
أَمِـيْـنُ الـصُّـنـْدُ وْقِ
|
Horizontal
|
اُفـُقِـيٌّ
|
Titipan barang
|
إِيْـدَ اعُ الـْبـِضَـاعَـةِ
|
Tanda tangan
|
إِمْـضَـاءٌ / تـَوْقِـيْـعٌ
|
Afiliasi
|
اِنْتِمَاء
|
Batu pertama
|
الـْحَـجَـرُ الأسَـاسِي
|
Sekelompok/segelintir prajurit
|
حُـفـْنـَة مِـنَ الـْعَـسْكـَر
|
Insentif
|
حَـافِـزٌ
|
Panca Indra
|
الـْحَـوَاسُ الـْخـَمْـس
|
Pendengaran
|
- الـسَّـمْـعُ
|
Penglihatan
|
- الـْبَـصَـرُ
|
Penciuman
|
- الـشـَّم
|
Perasa
|
- التـَّذ َوُّق
|
Kesalahan besar/fatal
|
الـْخـَطـَأ الـْفـَادِح
|
Pesimis
|
خـَيْـبَـة الأمَـل
|
Rancangan
|
خُـطـَّة ٌ / مَـشْـرُوْعٌ
|
Peta politik
|
الـْخـَرِيْـطـَة السِّيَاسِيَة
|
Red line
|
الـْخـَط السَّاخِـن/ الـْخـَطّ الأحْـمَـر
|
Anggota tetap/berkeanggotaan tetap
|
دَ ائِـمَـة الـْعَضَوِيَـة
|
Subjektif
|
ذ َاتِـيٌّ
|
Pulang-pergi
|
ذ َاهِـبَـة آبِـيَـة
|
Pulang-pergi
|
ذِهَـابًـا وَ إيَابًا
|
Sendi-sendi
|
رَكِـيْـزَة ج
رَكـَائِـز
|
Kalangan pers
|
رِجَالُ الصَّحَافـَة
|
Astronot
|
رَائِـدُ الـْفـَضَاء
|
Modal, Kapital
|
رَأْسُـمَـالِـيٌّ
|
Modal usaha
|
رَأْسُـمَـالِ الـْمَـسَـاعِـي
|
Sogok, suap
|
رَشْـوَة
|
Sponsor
|
رَاعِـي
|
Pilitisi, Tokoh politik
|
رِجَالٌ سِـيَاسِـي
|
Pejabat Negara
|
رِجَالُ الـدَّوْلـَةِ
|
Pangkat, gelar
|
رُتـْبَـة ج
رُتـَبٌ
|
Pangkat militer
|
رُتـَبُ عَـسْكـَرِيَة
|
Marsekal
|
- الـْمَـشِـيْـر
|
Jendral
|
- فـَرِيْـق
|
Letnan jendral
|
- فـَرِيْـق أوَّل
|
Mayor jendral
|
- لِـوَاءٌ
|
Brigade jendral
|
- عَـمِـيْد
|
Kolonel
|
- عَـقِـيْـد
|
Letnan colonel
|
- مُـقـَدَّ م
|
Mayor
|
- رَائِـدٌ
|
Kapten
|
- نـَقِـيْـبٌ
|
Letnan satu
|
- مُـلاَزِم اَوَّل
|
Letnan
|
- مُـلاَزِمٌ
|
Sersan
|
- رَقـِيْـبٌ
|
Kopral
|
- عَـرِيْـق
|
Pertambahan tajam
|
الـزِّيَادَة الـحادَة
|
Kawin missal
|
الـزَّوَاجُ الـْجـِمَاعِـي
|
Pelanggan
|
زَبُـوْنٌ
|
PENUTUP
Bahasa arab terus mengalami perkembangan. Hal itu di
sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1.
Bahasa Arab
tersebar di beberapa negara yang tidak
berbahasa Arab
2.
Faktor sosial
politik
3.
Faktor
biologis
4.
Letak bunyi
dalam kalimat, maka pembahasan ini dimulai dari :
5.
Mentransfer
kata-kata baru dari bahasa asing ke dalam beberapa logat 'Amiyah yang memiliki
kesamaan dengannya.
6.
Masuknya
kaidah-kaidah baru ke dalam
sebagian Dialek 'Amiyah (اللهجات العامية)
karena adanya kebutuhan dalam berbicara atau dari adanya persamaan
dengan bahasa yang lain.
Berkenaan
dengan itu, dialek bahasa Arab terbagi
ke dalam dua bagian yaitu al-Arabiyat al-bai:dah (bahasa
Arab yang telah punah) dan al-Arabiyat al-ba:qiyah (bahasa Arab yang
masih lestari) yang kedua dialek ini berawal dari bahasa Arab Quraisy.
Daftar Pustaka
-
Modul Fiqh Lughoh oleh Ustadz Zainal
Muttaqin
-
Jamiud
Durus oleh Al-Ghulayayni
-
Bahasa
Arab Fusha dan Amiyah serta Problematikanya Oleh Achmad Tohe (UPI:2012)
[1] الإضافةُ نِسبةٌ بينَ اسمين، على تقديرِ حرفِ الجر، توجِبُ جرَّ
الثاني أبداً، نحو "هذا كتابُ التلميذِ
[2] التَّصغيرُ أن يُضم أولُ الاسمِ، ويفتحَ ثانيه، ويزادَ بعد الحرف
الثاني ياءٌ ساكنةٌ تُسمّى (ياءَ التَّصغير). فنقولُ في تصغير قلَمٍ ودِرهمٍ
وعُصْفور (قُلَيمٌ ودُرَيهمٌ وعُصَيفيرٌ".
والاسمُ الذي تلحقه ياءُ التَّصغيرِ يُسمى (مصغَّراً)
salam kenal dan salam pramuka slalu :) tahyata kasyafa....
BalasHapus