Laman

Samakah teman dengan sahabat??

Dalam  kehidupan  sehari-hari  manusia  tidak  dapat  lepas  dari kata teman dan sahabat,  mengapa  demikian? Karena manusia merupakan makhluk yang Allah ciptakan untuk  hidup  secara  bersosial. Di katakan dalam Al-Qur'an " Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal (Q.S Al-hujurat:13)  "
Rasanya tidak mungkin jika ada seseorang yang mengatakan bahwa dirinya dapat hidup sendiri, sekalipun dengan bergelimang harta dan  kekayaan yang melimpah. Karena dengan adanya firman Allah di atas, itu berarti ia telah menyalahi sunnatullah untuk bedampingan dan melaukan relasi  dengan sesama manusia.
Mengenai hal berdampingan, sudah  pasti  adanya relasi . Relasi  ini biasa kita sebut kita sebut dengan kata pertemanan dan persahabatan. Jika sudah begitu , maka akan terlahir kata teman dan sahabat yang merupakan subyek saat terjadinya  proses  Relasi   tersebut. Lalu, apakah ada perbedaan antara teman dan sahabat.
Dalam tulisan ini, kita akan sedikit membahas perbedaan di antara kedua kata tersebut.
Kita sering salah menempatkan posisi teman dan sahabat. Akibatnya, banyak hal yang seharusnya akan kebih baik bila di ceritakan kepada sahabat malah justru di ceritakan kepada teman atau  sebaliknya. Bagaimana jika yang kita bicarakan  bersifat rahasia dan sakral, yang apabila di ceritakan kepada teman  akan menjatuhkan harga diri kita misalnya. apalagi teman kita itu kurang bisa menjaga rahasia maka itu akan menjadi momok yang sangat menakutkan.
Pada kenyataanya, teman dan sahabat adalah orang yang sama-sama hidup berdampingan dengan kita, namun porsi kedekatan dan pemahamannya terhadap kitalah yang membedakan antara keduanya, biasanya teman tidak sampai sedekat sahabat. Setiap orang yang mengenal kita, bisa saja kita  sebut sebagai teman, tetapi tidak untuk hal sahabat  karena untuk mencapai kata sahabat kita pasti membutuhkan proses.
Biasanya teman bersama-sama dengan kita hanya saat bergaul saja, itu pun mungkin  hanya  jasadnya  saja  Karena  sekilas  teman tidak dekat dengan kita secara mendalam. Terkadang teman hanya menilai kita hanya dari fisik saja, belum sampai pada tingkat makrifat pengenalan yang mendalam. Sedangkan sahabat dia selalu bersama-sama kita meskipun bukan dalam  bergaul saja, karena seorang sahabat  sudah mampu menempatkan posisi makrifat secara internal dan bilateral dengan kita, dia mau menerima kita apa adanya , tidak menjadikan kekurangan kita sebagai senjata untuk di permasalahkan, melainkan mau merekontruksi dan menjadikannya sebuah kekuatan.
Dalam kadaan terpuruk, tidak sedikit teman yang hanya mampu mencemooh dan menghindari kita, tanpa adanya usaha untuk melakukan pertolongan baik moril maupun materil. Keadaan ini justru berbeda dengan adanya kehadiran seorang sahabat. Tanpa kita sadari , sahabat akan  cepat  dan tanggap  mengahadapi  situasi sulit yang kita hadapi dan dengan segera dia juga ikut andil dan mengambil posisi untuk menjadikan kita sosok yang kuat dan pemberani. Dia bertindak seolah dia adalah pelita dalam pekatnya gelap menghampiri kita, semuanya ini di lakukannya dengan ketulusan yang langsung terpancar dari semua tingkah lakunya. Tulus tanpa adanya kata pamrih sedikitpun.
Melalui Uraian perbedaan antara teman dan sahabat di atas, kita dapat membedakan bahwa sahabat  itu lebih terasa intim dari pada sebutan sebagai teman yang  bisa di katagorikan hanya sebatas dalam pergaulan biasan saja.
Kita dapat menganalisis dan mengambil sampel dari Rasulullah  yang menyebutkan semua orang yang hidup pada masanya dengan sebutan sahabat meskipun dalam kenyataannya mereka tidak semuanya dekat dengan Nabi. Bahkan justru di antara mereka ada yang hidup hanya pada zamannya saja tanpa ada kesempatan untuk  bertemu langsung dengan Nabi. Padahal dalam kamus bahasa Arab, kata  sahabat  berarti juga seorang teman. Mengapa demikian? Karena ternyata sebutan sahabat  akan di rasa lebih kuat dari pada sebutan teman. Baik di lihat dari ikatan lahir maupun batin, terlebih lagi pada saat itu, posisi Rasulullah dan sahabat masih butuh akan dukungan moril maupun materil dalam rangka menyebarkan ajaran islam dan guna menghimpun kekuatan islam agar mampu melawan musuh-musuhnya. Salah satu dukungan moril yang di lakukan Rasulullah adalah menyebutkan kata teman menjadi sahabat dengan harapan mereka mau mendekatkan diri masing-masing tanpa adanya sesuatu yang sirri baik fisik maupun batin dengan tujuan agar islam memiliki  pondasi yang kuat dan kokoh untuk menghadapi musuh-musuhnya. Dengan cara  menyatukan hati, pikiran dan jiwa mereka melalui panggilan sahabat.
Pada hal jika Rasul mau, beliau bisa saja memanggil teman-temannya dengan kata "zamilli" yang juga berarti  teman. Namun, dalam penggunaan kata zamili ini hanya di peruntukan untuk teman biasa, yang mungkin kita mengenal namanya tanpa tahu rupanya, atau mengetahui rupa tanpa mengetahui namanya. Inilah perbedaan yang spesifik antara kata teman dan sahabat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks for Coment...